Malam tadi setiba di Balikpapan saya langsung menuju Studio XXI di Pasar Baru. Sisa 20 menit lagi film dimulai. Saya belum sempat makan dan mandi malam. Tak masalah karena Perahu Kertas ini sudah saya nanti sejak selesai membaca bukunya tahun lalu.
Secara umum film garapan Hanung ini keren. Tone warna dan angle-nya cukup menarik. Namun banyak scene yg dipotong. Saya belum tahu apakah penonton yg belum baca buku bakal ngerti alur ceritanya? Karena serasa ada yg putus-missing link, ada bagian kecil yg hilang. Tapi mungkin itu hanya perasaan saya aja.
Beberapa hal yg mungkin dapat saya cari celahnya. Bukan mencari kejelekan/kesalahan, sekedar mengingatkan siapa tahu berguna:
1. Keenan kurang Belanda. Harusnya logat londo-nya masih kental dan harusnya ia lebih fasih dalam lafal Inggris.
2. Petugas kereta saat kereta macet sama dgn petugas saat Eko jemput Keenan. Padahal itu stasiun berbeda.
3. Logat Pak Wayan kok jadi ke-Madura2-an. Ada beberapa lafal kurang Bali malah jadi Madura.
4. Tajen/sabung ayam pake ayam bangkok. Di Bali biasanya tajen pake ayam lokal dan taji, bukan ayam Bangkok (yg sering dipakai di Jawa).
Barangkali ini cuma hal kecil dan tak pengaruhi kualitas film secara keseluruhan. Film-nya top. Paling terharu saat Luh De "menasehati" Keenan soal inspirasi dan cinta. Sosok paling saya kagumi adalah Remi yg bos yang jago.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tuesday, September 11, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment