Tuesday, June 06, 2017

Day 21 - Tenggelam Bersama Gelombang

Ini adalah minggu ke tujuh aku mengunjungi Attaka the Giant Field. Otakku fresh kembali sehabis liburan seminggu di Balikpapan. Sore itu matahari bersinar dengan awan tipis. Aku dan tiga orang sahabatku duduk santai di helipad sambil menikmati sore yang damai. 

Suara turbine compressor masih terdengar memekakkan telinga. 

"Harusnya kamu memilih judul yang lain, De," Nizar mencoba mengingatkanku, "Ide yang kamu angkat kurang realistis."

"Kurang realistis gimana. Semua peralatan tersedia di pasaran. Budget juga sudah ada. Tinggal kita yakinkan para bos aja bahwa ide ini akan berhasil," tambahku.  

"Kita kan masih training. Ambil judul yang ringan-ringan saja," cetus Topan. 

"Kalo menurutku idenya bagus banget. Malah bisa menghemat pekerjaan operator yang mau melakukan tes sumur," Jacky membelaku.

"Sebuah multiphase flow meter akan menghitung otomatis laju aliran minyak, air dan gas. Operator tidak perlu menjaga level test separator yang selama ini dilakukan dan buang-buang waktu saja," seruku membela diri. "Kita hemat puluhan US dollar karena tidak perlu berinvestasi test separator.

"Wah itu malah bisa ngurangin kerjaan operator, Bro. Nanti operator gak ada kerjaan," pungkas Topan.

"Malah bagus itu bro," aku melanjutkan sambil sesekali memotret langit barat yang makin meredup. 

Kami terus berdiskusi seru. Makin sore makin panas. Nizar kurang setuju dengan tema tugas akhir yang aku angkat. Dia selalu mematahkan ide-ide anehku. Sedangkan dia selalu ingin kami menggunakan ide-ide dia. 

Akhirnya senja pun habis. Ditutup dengan tenggelamnya matahari di balik cakrawala. Langit memerah. Kami turun kembali ke kamar. Aku mengambil handphone hendak menelfon Vita. Aku berjalan menuruni tangga sambil mencari nomor kontak di handphone ku yang hitam. 

Tiba-tiba kakiku terpeleset. Badanku limbung hilang keseimbangan, membentur hand rail lalu menubruk Jacky yang menuruni tangga lebih dulu daripada aku. Handphone kesayanganku terpental mengenai tiang anjungan lalu tercebur ke laut dan lenyap ditelan ombak yang mulai gelap. 

"Waduh kacau semua... semua nomor telfon kawan-kawan hilang dah," aku berteriak sambil mengaduh.

"Makanya kalo jalan jangan sambil main hp," seru Topan. 

Segera aku menuruni tangga menuju koridor di dalam kabin. Ketika hendak menelfon menggunakan telfon umum, seorang senior lewat dan berucap, "Telfon sementara mati selama tiga hari. Tak bisa nelfon ke nomor luar. Lagi ada perbaikan."

Aku jadi gelisah. Tak bisa kuhubungi perempuan bermata indah di seberang sana di tepian Mahakam. 

#30DWCJilid6 #Day21
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar

No comments: