Kicau burung di atas pepohonan, daun-daun yang basah sehabis hujan. Dua insan yang sedang kasmaran. Riak lembut air di tepi Mahakam. Ranting bergoyang pohon ketapang.
Setelah menyantap makan sore sekaligus makan malam kami berdua menuju stadion Segiri menunggangi roda dua. "Pegang erat pinggangku saat kita melaju di atas dua roda, dendangkan lagu kesayangan," sambil bernyanyi kami tembus malam itu dan penonton sudah memadati konser di stadion yang megah dengan sound system berkapasitas raksasa.
Tangan kiriku memegang erat tangannya. Berdesakkan diantara penonton yang memasuki stadion. Tampaknya tiket malam itu sold out. Penonton begitu membludak bagai air bah yang mendobrak pintu-pintu bendungan. Tangannya masih ku genggam erat. Denyut jantungnya terasa sekali, menjalar melalui erat genggamannya. Wajahnya yang anggun berkilauan disinari lampu panggung yang menerobos melalui sela-sela penonton. Ah kau membuat aku semakin mengagumimu. Jika boleh tentu aku mau jatuh cinta jutaan kali demi memiliki wajah teduh dengan mata indah itu.
Lagu "Masih" membuka konser. Donnie bernyanyi dengan penuh pesona. Seolah tahu apa yang ada di hatiku. Cabikan gitar Marshal, dentuman drum Rama, betotan bas Dika, dan melodius piano Khrisna memanjakan telinga kami yang kasmaran. Tanpa dikomando penonton ikut bernyanyi. Lagu ke lagu membuat kami makin melayang. Suara drum membahana membuat badan kami ikut bergoyang bersama lagu-lagu cinta Ada Band.
Tak terasa lagu Manusia Bodoh pun berkumandang, sebagai penutup konser megah malam itu. Semoga aku tak seperti manusia bodoh dalam lagu tersebut pikirku. Akhirnya penonton bubar. Kami biarkan penonton lain berhamburan menuju gerbang. Aku dan Vita memilih mojok di ujung sana sembari menunggu sepi.
"Kenapa sih kamu mau kerja di laut? Bukankah lebih enak kerja di darat. Kerja kantoran, pakai seragam."
"Kerja di laut itu ibarat berpetualang. Seru pokoknya."
"Kalau berpetualang kan bisa ke daerah pedalaman Kalimantan. Di sana banyak wilayah yang belum terjamah."
"Loh kalo di laut kan berpetualang sambil kerja. Dibayar pula."
"Kamu mau sampai tua kerja di laut?"
Pertanyaan Vita membuat aku bungkam. Saat ini aku hanya mengikuti aliran sungai kehidupanku. Mengikuti kemana arah angin berhembus. Di saat yang sama kami t'lah keluar stadion utama. Ketika hendak menyalakan motor, aku sedikit terkejut kunci motor tak ada di sakuku.
"Tadi kan kamu yang ngantongin," seru Vita panik.
"Iya aku ingat aku taruh di saku depan. Tapi kok nggak ada," belaku berusaha tenang.
"Wah mungkin terjatuh di dalam stadion."
Kami lalu berusaha mencari di antara kegelapan stadion. Lampu-lampu konser sudah mulai dimatikan. Tinggal lampu stadion yang remang-remang. Tak jua kami temukan kunci motor itu. Akhirnya kami pasrah. Kami duduk kelelahan di tepi parkiran. Vita sandaran di bahuku.
"De. Aku mau bilang sesuatu. Tapi kamu janji gak bakal marah ya," seru Vita setengah berbisik.
Jantungku langsung berdegup kencang. Deg-degan seperti menunggu hasil ujian.
"Mmhh iya boleh."
"Mmhhh tapi kamu janji jangan marah ya."
"Iya.. ayo cepetannn."
"Sebenarnya aku dari tadi mau bilang..."
"......"
"De. Sebenarnya... sebenarnya... aku... aku... laper. Kita makan dulu yuk."
30DWCJilid6 #Day16
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar
No comments:
Post a Comment