Entah kenapa bapakku sejak awal selalu melarang aku bekerja. Lebih baik jualan sendiri, meskipun hasilnya kecil tapi jadi bos atas dirimu sendiri. Lebih mulia jadi pedagang, daripada jadi kuli bagi orang lain, demikian selalu bapak membujukku.
"Biarkan aku cari pengalaman dulu, Pak," kilahku saat mulai kerja.
"Kamu di rumah tinggal melanjutkan yang sudah ada, tak perlu memulai dari nol," bujuk bapakku untuk ke sekian kalinya.
Meskipun jualan kecil-kecilan, buktinya bapak bisa menghidupi keluarga kecil kami. Aku bisa lulus kuliah dengan lancar dan adikku sebentar lagi menyusulku kuliah.
"Aku mau kerja 5 tahun saja. Nanti aku janji akan pulang," selalu aku membela.
Sejak lulus SMA sebenarnya bapak sudah tak setuju dengan keputusanku mengambil jurusan teknik. Lulusan teknik akan menjadi kuli dan bekerja untuk anak jurusan sosial.
Dengan keyakinan tinggi, meskipun dengan kemampuan terbatas, bapak menyuruh aku mengambil jurusan ekonomi. Agar kelak bisa melanjutkan usaha bapak jika beliau sudah tua nanti. Jika menjadi pedagang, hari libur bisa ditentukan sendiri. Pemikiran-pemikiran bapak selalu menghantui perjalanan masa trainingku.
Malam ini, setelah menikmati guncangan ombak angin utara tadi siang, aku keluarkan laptop. Lalu mulai mengetik satu kata "Pendahuluan". Kami mendapat tugas untuk menyusun laporan akhir dengan mengambil satu tema yang berhuhungan dengan apa yang sudah kami pelajari di Attaka Field ini.
Hingga malam selarut ini, aku masih belum juga mengetikkan kata tambahan. Pesan singkat bapak tadi sore benar-benar masih menghantuiku. Aku rebahkan badan di tempat tidur yang selebar delapan puluh sentimeter ini. Tak seberapa lama akupun terlelap tanpa mimpi.
#30DWCJilid6 #Day18
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar
No comments:
Post a Comment