Tuesday, June 13, 2017

Day 28 - Pertemuan Tak Terduga (2)

Pagi ini aku bangun segar sekali. Tak pernah kurasakan tidur senyenyak tadi malam. Kubuka sedikit jendela lalu kutemukan pemandangan indah di seberang jalan kosku. Tangki-tangki minyak berukuran raksasa berdiri kokoh di antara pipa-pipa berwarna putih. Di kejauhan sana tampak sebuah flare tinggi, menyala siang malam tanpa henti. Menara-menara kilang berderetan di antara hijaunya pepohonan. Di kilang itulah minyak mentah diolah menjadi avtur, bensin, solar dan minyak tanah. Kemudian didistribusikan ke seluruh penjuru tanah air. 

Barang-barang sudah aku kemas semua tadi malam. Sebuah taxi menjemput mengantarkan aku ke bandar udara Sepinggan. Deretan perumahan pegawai Pertamina dan jalur pipa sepanjang tepi jalan minyak menemani perjalananku pagi itu. Karena sebentar lagi aku akan tiba di rumah mengunjungi bapak dan ibuku selama 10 hari. Belasan bungkus amplang, keripik khas Balikpapan, aku bawakan sebagai oleh-oleh. Tak lupa Kepiting Kenari asam manis menjadi oleh-oleh pamungkasku. 

Setelah check in aku memasuki lounge bandara dan membuka laptop untuk mencari wifi gratis. Aku transfer foto-foto dari kamera, kebersamaan kami selama beberapa hari terakhir. Belasan halaman website tlah kubuka, bermenit-menit video sudah kutonton melalui Youtube. Dua jam aku duduk di ruang tunggu ini namun tak jua ada panggilan naik pesawat. Beberapa pengunjung nampak hilir mudik, gelisah.

Ada apa gerangan, apakah pesawat yang aku tumpangi akan berangkat terlambat, tak ada pengumuman sedikitpun. Badan sudah semakin pegal, pantat panas karena sedari tadi duduk tak pindah-pindah.

Akhirnya panggilan naik ke pesawat pun terdengar melalui pengeras suara. Para penumpang berdesakan memasuki pesawat. Aku biarkan semuanya naik terlebih dahulu. Aku masuk melalui pintu belakang, duduk di kursi nomor dua dari belakang. Aku hempaskan badanku setelah menaruh ransel berisi laptop di bagasi kabin di atas kepalaku. Badanku terasa pegal, mataku sedikit ngantuk.

Penumpang masih terus memasuki pesawat, pramugari hilir mudik merapikan barang dan mengatur tempat duduk. Satu kursi di sebelahku masih belum terisi.

Tiba-tiba dari balik kerumunan di depan sana, berjalan seorang perempuan berambut panjang. Lenggak-lenggok pinggulnya sangat aku kenal. Aku melihat perempuan bermata indah, satu pesawat bersamaku. Apakah aku sedang bermimpi, pikirku dalam hati. Itu Vita, perempuan yang selama ini aku rindukan, aku kehilangan jejaknya selama sekian minggu. 

Ia terus berjalan dan semakin mendekat ke arahku. Ia menatap tajam mataku dan ternyata kursinya persis di bangku kosong di sebelahku. Aku riang bukan kepalang. Kami berpelukan dan saling bertatapan tak percaya. Pertemuan tak sengaja ini benar-benar membuat aku terpesona untuk kesekian kalinya. Benar kata Nizar, rezeki itu sama dengan jodoh, ia tak kan lari kemana. 

Kami terlibat percakapan serius. Kami tak pedulikan lagi orang lain di sekeliling. Kami tumpahkan rasa rindu yang akhirnya terobati. Ia terus bicara sambil membelai-belai pipiku seolah tak ingin lagi lepas dariku. Kemudian ia menepuk bahuku kencang. Kencang hingga badanku berguncang. Aku tak kuasa menahannya tapi ia terus menepuk pundakku. Hingga akhirnya pelan-pelan wajahnya menjadi kabur, seperti lensa kamera yang tidak fokus. 

Tiba-tiba wajahnya semakin tak jelas. Ia terus menepuk punggungku. Pakaiannya berubah mirip pakaian pramugari pesawat ini. Punggungku kini ditepuk sembari berkata, "Mas, bangun mas. Sudah sampai. Pesawat sudah landing sedari tadi," ujar seorang pramugari membangunkan aku. 

Ternyata aku hanya bermimpi. Saking lelahnya aku dan merindukan dirinya. Lututku langsung lemas dan aku keluar pesawat dengan linglung. Vita hanya hadir dalam mimpi. Haruskah aku kehilangan pujaan hati dengan cara seperti ini?

Bersambung...

#30DWCJilid6 #Day28
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar

No comments: