Friday, May 26, 2017

Mampir di Kota Tepian

Aku bangun kesiangan. Di samping kasurku, di atas lantai keramik warna putih sudah menyambut secangkir kopi hitam dan beberapa sanggar, pisang goreng dalam bahasa banjar. Sebetulnya aku tak suka kopi hitam, tapi pagi ini terasa sangat spesial. Aromanya membuat aku terhanyut mengingatkan aku pada mimpi indah tadi malam.

Vita t'lah menunggu di ruang keluarga. Tampaknya ia sudah mandi dan berdandan rapi. Seragam kerja warna coklat terlihat pantas bersanding dengan kulit putihnya. Aroma tubuhnya membuat aku semakin terpesona. Rambut hitam lurusnya menjuntai di pundak laksana mayang mengurai. Mata bening indahnya masih menyimpan sejuta misteri buatku. 

Setelah mandi aku diantarkan menuju mall Lembu Swana tempat para pegawai di tempat kami dijemput, dengan bis menuju Santan Terminal. Sepanjang jalan Vita terus bercerita perihal bapaknya, seorang pengusaha batubara yang punya belasan kapal tongkang. Setahun lalu pernah kena tipu dan uang milyaran rupiah lenyap ditilep orang tak bertanggung jawab. Tapi kini usahanya sudah kembali ke jalurnya. Beliau sedang mencari ahli geologi yang bisa diajak kerjasama, ada satu lahan potensial di pelosok Kutai Kartanegara yang perlu penelitian lebih lanjut. Tadi pagi sudah kutitipkan nomor kontak teman kosku dulu yang lulusan teknik geologi.

"Vit, bulan depan ada konser Ada Band di Samarinda. Mau nonton gak?"

"Emang kamu pas libur kah?"

"Entar ku lihat dulu. Iya nih pas libur."

"Kita lihat nanti ya moga aku gak ada kesibukan di kantor."

"Ah masak malam minggu lembur?"

Aku diturunkan di depan mall yang tak terlalu besar. Bis kantorku sudah menunggu di belakang sana. Vita menghilang di antara antrian kendaraan yang akan ke luar mall. Selama dua minggu, barangkali aku kan merindu perempuan bermata indah itu. Syaraf-syaraf otakku tak hentinya mengukir citra wajah gadis berambut panjang itu. Ah apakah ini artinya aku sedang kasmaran? Mungkinkah ia juga memiliki perasaan yang sama. 

Bis berkapasitas 40 orang yang berwarna kuning emas itu mengantarkan kami menuju Tanjung Santan, Marangkayu. Perjalanan 3 jam itu membawa aku pada babak selanjutnya petualangan lepas pantai. Crew boat sudah menunggu di dermaga, siap mengantarkan kami menuju Attaka the Giant Field. Bersama Jacky, Topan dan Nizar, kami duduk di deck kapal. Menembus Santan Canal, memecah ombak Selat Makassar yang sedang menggila. 

#30DWCJilid6 #Day11
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


No comments: