Jam setengah 6 pagi kami sudah di mess hall untuk sarapan pagi. Aku memilih sarapan mie gili dengan telor ceplok pagi itu. Mie gili adalah mie khas Attaka yang dimasak dengan cara spesial. Minumanku jahe hangat plus susu dan sedikit madu menghangatkan dinginnya pagi itu. Suasana sarapan yang akrab dan bersahabat. Sudah sejak jam 5 subuh para karyawan mulai sarapan, karena jam kerja kami dimulai pukul 6 pagi.
Mess hall ini cukup luas menampung puluhan karyawan untuk menikmati mulai dari sarapan hingga makan malam. Di belakang sana adalah kitchen dengan koki-koki handal yang siap menyajikan makanan untuk kami para pekerja. Di bagian depan disajikan makanan lengkap mulai nasi goreng hingga makanan roti ala bule. Di pojok sana disediakan berbagai jenis minuman jus buah segar. Di dinding belakang sana terpasang foto presiden Megawati Soekarnoputri dan wakil presiden Hamzah Haz.
Belum habis kusantap mie giliku, tiba-tiba terdengar suara alarm tanda kebakaran. Suasana jadi gaduh dan wajah-wajah kami menegang. Jacky, Nizar dan Sapto yang satu meja makan denganku membisu. Beberapa orang menengok keluar berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Lalu terdengar pengumuman dari paging.
"Ada kebakaran di anjungan Alpha, ada satu korban yang harus segera diselamatkan."
Kami berhamburan keluar. Orang-orang yang masih ada di kamar pun berhamburan keluar mengenakan life jacket. Bapak kepala lapangan memerintahkan petugas emergency response team untuk berkumpul dan menyiapkan team rescue untuk menyelamatkan korban di Alpha. Petugas fire fighting pun bergerak duluan berusaha memadamkan api yang kian membesar. Petugas rescue sebanyak 6 orang bergerak sigap membawa tandu menuju anjungan Alpha. Di ujung sana nampak seseorang tergeletak pingsan. Kapal-kapal mendekat dan menyalakan water canon mencoba atur strategi untuk memadamkan api.
Tak seberapa lama suara paging terdengar lagi, "Api tidak dapat dikuasai, semua harap berkumpul di muster station. Abandon platform abandon platform! Tinggalkan platform tinggalkan paltform!"
Bapak kepala lapangan memerintahkan semua karyawan berkumpul dan bersiap-siap pergi. Situasi darurat. Suasana makin gaduh. Kita akan pergi meninggalkan platform dengan brucker capsule atau sekoci. Masing-masing dari kami mengambil T-card yaitu sebuah kartu berbentuk T dengan nama kami masing-masing. Kartu ini sebagai penanda bahwa kami sudah berkumpul di muster station. Jika masih ada T-card yang belum diambil dari T-card rack maka para muster leader harus segera mencari karyawan tersebut. Bisa jadi ia salah masuk barisan muster station atau bisa jadi juga ia masih tidur di kamar. Nah untuk yang kedua ini warden harus segera mencari dan membangunkannya ke kamar. Tak ada satu orang pun yang boleh tertinggal jika kita akan abandon platform.
Suasana masih sangat crowded, wajah-wajah makin menegang. Kukit muka kami memutih karena pucat. Radio komunikasi bersahutan meramaikan suasana pagi yang tak mendung itu. Kebakaran adalah hal paling buruk terjadi di tengah laut terpencil ini. Bantuan tim SAR tak bisa segera datang. Maka dari itu kita harus bisa menyelamatkan diri sendiri.
Jacky terlihat tegang, berkali-kali tangannya memutar-mutar pulpen di jari kanannya. Topan tampak setengah memejamkan mata berusaha berdoa. Sementara Nizar mencoba membantu menenangkan barisan. Aku jadi ingat dengan Bapak Ibuku di rumah.
#30DWCJilid6 #Day6
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar
No comments:
Post a Comment