Jatah menginap di hotel masih tersisa 14 hari. Kami harus mencari kos-kosan yang bisa dipakai ramai-ramai. Karena kami tentu akan menggunakan kamar kos saat off saja. Sisanya 2 minggu kami tinggalkan kosong. Seorang kenalan menawarkan kos di seputar jalan minyak, di area kilang, milik seorang pegawai Pertamina. Cukup nyaman dengan akses ke jalan sangat gampang.
Setelah mendapat calon rumah kos, esoknya kami sepakat hunting di ujung runway Bandara Sepinggan. Jam 7 pagi kami tlah bersiap di jembatan di ujung timur bandara. Kami menunggu pesawat yang sedang take off ataupun mendarat. Ketika pesawat mendarat, Jacky, Topan dan Nizar melompat tinggi-tinggi, akupun membidik dengan kameraku dari frog angle alias memotret sambil tidur di rerumputan. Kami jadi fotografer secara bergiliran. Tapi aku yang paling sering dapat bagian.
Cuaca begitu indah, langit biru ekuator dihiasi awan-awan altokumulus yang mulai berkumpul membentuk awan hujan. Makin lama, siang makin panas. Sinar mentari makin terik. Kulit kami terbakar sempurna, membuat kami jadi makin penasaran. Tanpa rasa bersalah kami melompati pagar pembatas bandara, memasuki runway. Kami makin menggila. Di dalam runway ini pesawat persis berada di atas kepala kami. Sensasi luar biasa adalah saat kami melompat ketika pesawat akan mendarat.
Tiba-tiba datang dua mobil double cabin hitam mendekati kami dari arah berlawanan. Kami membaca gelagat kurang enak. Security bandara mendekati. Kami hendak beranjak pergi namun suara sempritan terdengar keras dari salah seorang security, sambil melambaikan tangannya.
Kami digiring masuk kendaraan lalu dibawa pergi ke sebuah ruangan di dalam bangunan yang bertuliskan "Pos Komando Security". Kami diinterogasi habis-habisan, dikira mata-mata atau penyusup yang ingin membuat keonaran.
Dengan sedikit silat lidah akhirnya sang komandan security percaya dan melepaskan kami. Namun dengan syarat foto-foto dalam memori card harus dihapus. Aku mengaku dari Klub Foto Fobia alias Fotografer Balikpapan. Padahal di Balikpapan tak ada klub foto seperti itu.
Kami pun bisa pulang dengan lega. Meskipun aku harus kehilangan foto-foto indah yang jarang dimiliki siapapun.
"Nggak lagi deh masuk runway. Kapok aku," keluh Nizar sambil membayar ongkos angkot nomor 5 yang berwarna kuning.
#30DWCJilid6 #Day14
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar
No comments:
Post a Comment