Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang dokter dan menurutnya ia pernah melakukan penelitian tentang air tanah dan pertanian di Bali. Menurutnya, air tanah yang kita konsumsi sekarang tidak baik dan sudah tercemar pestisida. Sejak tahun 70-an pestisida secara besar-besaran digunakan di Indonesia khususnya di Bali. Dalam waktu selama itu yakni sejak tahun 70-an hingga 2000-an pestisida-pestisida yang larut dalam air sawah dan mengendap dalam tanah terus meresap dalam tanah hingga jauh ke dalam. Hingga saking lamanya waktu, endapan pestisida itu mencapai lapisan tanah yang mengandung air tanah. Air tanah inilah yang sekarang kita konsumsi baik didapat dari air sumur, air sumur bor maupun dari air PDAM yang didapat dari sumber mata air yang terletak lebih bawah dari pemukiman penduduk. Meskipun sudah disaring berlapis-lapis tanah dan dalam ketebalan yang ekstrim, kandungan kimianya tetap saja dan jika air itu dikonsumsi dalam jumlah yang banyak akan mempengaruhi kesehatan. Tentunya akan terasa dalam waktu yang relatif lama.
Minggu-minggu terakhir ini saya berniat membuat sumur bor dimana sumur air tanah yang sudah ada sekarang sering kering ketika musim kemarau berlangsung cukup lama. Maklum sumur air tanah ini hanya sedalam 5 meter, masih terpengaruh oleh datangnya hujan dan keberadaan air sawah di belakang rumah. Mengingat cerita Pak Dokter dulu saya jadi ragu apakah tepat jika saya menggunakan sumur bor untuk konsumsi memasak. Jika untuk keperluan MCK tentu tidak terlalu masalah. Pilihan lain adalah memasang air dari PDAM. Namun beberapa bulan terakhir sumber air PDAM sudah tidak dari mata air dari pegunungan lagi namun dari air sungai yang diolah menjadi air bersih. Tempat pengolahannya masih di desa tetangga dan kata beberapa orang kualitas airnya buruk, namun beberapa orang lagi bilang tak masalah dan sehat-sehat saja, katanya.
Bingung mau pilih yang mana...
Friday, October 03, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment