Di suatu senja yang sudah hampir kehilangan mentari, di depan sebuah factory outlet, seroang anak kecil tergopoh-gopoh membawa beberapa eksemplar koran pagi yang dijual dengan harga murah.
"Dua ribu Bang korannya," serunya dengan optimis.
Aku menolak dengan halus karena sedang tak minat membaca. Namun dengan gigih ia berusaha agar dagangannya laku,
"Ayolah Bang, dari tadi saja belum dapat jualan nih!"
Dia memelas membuatku iba. Lalu ku keluarkan saja selembar seribuan dari balik saku celanaku yang lusuh dan kuberikan begitu saja padanya tanpa mengambil koran yang ia tawarkan tadi. Tanpa kusadari ia menolak pemberianku seraya ia mendorong tanganku menjauhinya,
"Bang, kata ibu saya ndak boleh minta-minta duit tanpa bekerja."
Hatiku tersentak, nafasku seperti terhenti, jantungku serpeti tak memompa darah lagi. Anak kecil berbaju lusuh dan bermuka dekil itu ternyata memiliki hati yang mulia. Tanpa pikir panjang kukeluarkan saja selembar seribuan lagi lalu kuambil selembar koran yang sejak tadi membuat ia tergopoh.
Ia pun berlari, meloncat-loncat kegirangan seperti baru saja mendapat hadiah milyaran rupiah. Aku hanya bisa terharu. Anak kecil itu sudah memberikan pelajaran kecil namun bermakna sangat dalam kepadaku di sore yang kian remang itu.
Room 313 23.00
A day before I get back home
Monday, October 06, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment