Ketika suatu hari Ibu Fira, istri seorang pejabat tinggi kepolisian, mengalami musibah kecelakaan di jalan. Ia yang mengendarai mobil mengantar anaknya ke sekolah, karena buru-buru, menabrak motor seorang pengendara bapak-bapak yang sudah agak tua. Kerusakan sih tidak terlampau parah, hanya lecet-lecet ringan, namun hati kecil pak itu merasa tak terima. Pak tua yang masih segar bugar itu pun marah-marah. Terjadilah perdebatan kusir yang tak satupun pasti mau mengalah. Ocehan dan omelan kedua pelaku di TKP menjadi perhatian orang-orang yang lewat di sekitar jalan itu.
Karena sudah bosan berdebat tanpa solusi, pak tua memutuskan untuk melaporkan ke kantor polisi. Si Ibu Fira yang istri pejabat teras, tenang-tenang saja tak takut sedikitpun. Ia hanya tertawa dalam hati, "Emang bisa?!?!"
Di kantor polisi terdekat pak tua itu melaporkan dengan segera kejadian yang baru saja ia alami dengan deskripsi yang jelas dan lengkap. Pak polisi manggut-manggut tegas pertanda mengerti dengan sempurna.
Di luar sana si ibu menelfon suaminya lalu sang suami menelfon salah seorang petugas di kantor tersebut. Karena petugas itu adalah bawahannya tentu saja apa yang dikatakan suaminya dituruti tanpa pandang bulu, baik bulu ketek maupun bulu hidung.
Pak Tua yang melapor tadi hanya manggut-manggut pada akhirnya. Ia mengaku 'kalah' dan seolah 'dikalahkan' oleh negosiasi petugas yang ia lapori tadi. Kebijakan sederhana yang menyelamatkan si Ibu Fira membuat pak tua bingung, mengapa motornya yang lecet itu justru diabaikan, sedangkan si ibu yang menabraknya selamat, pulang begitu saja. Pak tua sungguh bingung, ia hanya pulang tanpa syarat. Kejadian tadi masih membuatnya pusing tujuh keliling. "Ini tidak adil", gerutunya dalam hati.
***
Suatu saat yang lain karena sibuk, ibu Fira tak sempat mengantar anaknya pergi ke sekolah. Disuruhlah pembantunya mengantar naik motor. Karena sekolahnya dekat saja mereka berdua tak mengenakan helm, yang kita tahu semua merupakan pelindung kepala. Ketika ngeloyor begitu saja di depan pos jaga polisi, si pembantu dihadang oleh petugas jaga dengan sempritan yang dibunyikan panjang. Si anak yang duduk di belakang hanya tertawa cengengesan melihat si pembantu diinterogasi petugas yang tak tahu dengan siapa ia berhadapan. Si anak kecil hanya ngomel-ngomel kecil, "Brani nggak? Brani nggak? Hayo brani nggak nilang?", serunya puas.
Si pembantu kelimpungan juga karena tak tahu harus berbuat apa. SIM tak punya, STNK pun tak dibawa. Beberapa saat kemudian datang petugas jaga yang lain mendekati mereka bertiga. Si petugas yang baru datang ini nampaknya tahu dengan siapa ia berhadapan, lalu dengan berbisik ia menarik temannya sedikit ke belakang. Lalu dengan berbisik pula ia berkata pada rekannya,
"John, ini anaknya kumendan. Tau gak kamu?"
Tanpa babibu si bapak petugas yang hendak menilang tadi kembali ke laptop lalu mempersilahkan begitu saja si pembantu beserta anak kumendannya berlalu begitu saja, tanpa syarat. Ahhhh...sungguh nikmat jadi anak pejabat.
Dont try this at home, baby...!
Sunday, October 19, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment